Latest News

Cara Kerja Regulator Konvensional Pada Sistem Pengisian

Sistem pengisian atau charging system merupakan sistem yang berfungsi untuk mensuplai arus listrik ke baterai. Baterai yang telah dipakai maka akan berkurang kapasitas arus listrik yang disimpan di dalam baterai, kalau baterai tidak diisi arus listrik kembali maka lama-lama arus listrik di dalam baterai akan habis. Oleh alasannya itu dipakai sistem pengisian utuk mengisi kembali arus listrik pada baterai.

Selain itu, sistem pengisian juga dipakai untuk mensuplai kebutuhan listrik pada kendaraan ketika kendaraan menyala. Ketika kendaraan menyala, bukan baterai yang menjadi sumber arus utama melainkan sistem pengisian yang akan bertugas untuk mensuplai kebutuhan arus listrik pada kendaraan.

Sistem pengisian terdiri dari beberapa komponen-komponen, komponen-komponen sistem pengisian salah satunya ialah regulator.

Regulator pada sistem pengisian berfungsi untuk mengatur arus listrik yang disuplai ke baterai. Arus listrik yang disuplai harus stabil dan tidak berubah-ubah walaupun kecepatan kendaraan berubah-ubah.

Pada kendaraan regulator terbagi menjadi 2 tipe yaitu regulator konvensional dan regulator IC.

Pada kesempatan kali ini akan dibahas wacana cara kerja regulator konvensional pada sistem pengisian. Cara kerja regulator konvensional pada sistem pengisian terbagi menjadi 4 yaitu ketika kunci kontak On, ketika kendaraan berjalan dengan kecepatan lambat, ketika kendaraan berjalan pada kecepatan sedang dan ketika kendaraan berjalan pada kecepatan tinggi.

Saat kunci kontak posisi On
Saat kunci kontak pada posisi On maka lampu CHG akan menyala dan sistem pengisian belum bekerja namun terjadi kemagnetan pada rotor koil di alternator. Perhatikan gambar di bawah ini :

Cara kerjanya yaitu ketika kunci kontak diputar pada posisi On maka arus kasatmata dari baterai akan mengalir ke fusible link ke kunci kontak ke fuse ke lampu indikator pengisian (CHG) ke terminal L regulator ke kontak P0 ke ke kontak P1 kemudian ke massa. Karena lampu CHG dialiri listrik maka balasannya lampu CHG ini akan menyala.

Pada ketika yang lain arus dari baterai akan mengalir dari kasatmata baterai ke terminal IG pada regulator ke PL 1 ke PL 0 ke terminal F regulator ke terminal F alternator ke rotor coil ke terminal E alternator kemudian ke massa. Karena stator koil dialiri arus listrik maka pada stator koil akan timbul kemagnetan.

Saat kendaraan berjalan dengan kecepatan lambat
Saat kendaraan berjalan dengan kecepatan lambat maka lampu CHG akan mati dan arus pengisian sudah sanggup dipakai untuk mengisi baterai. Perhatikan gambar di bawah ini :

Ketika kendaraan dihidupkan pada kecepatan rendah maka tegangan yang dihasilkan alternator dari terminal N akan mengalir ke terminal N regulator, ke voltage relay kemudian ke massa. Karena voltage relay teraliri arus maka akan terjadi kemagnetan pada voltage relay kemudian kemagnetan ini akan menarik kontak P0 untuk melekat ke kontak P2. Akibatnya lampu CHG pada ketika ini akan mati lantaran tidak mendapat massa.

Pada ketika yang sama arus yang dihasilkan oleh stator coil akan disearahkan oleh dioda kemudian mengalir ke terminal B pada alternator kemudian dipakai untuk pengisian baterai.

Selain itu, lantaran kecepatan kendaraan masih rendah, tegangan dari stator koil akan mengalir ke terminal B altenator ke terminal B regulator ke kontak P2 ke kontak P0 kemudian ke voltage regulator. Karena tegangan dari terminal B masih rendah maka voltage regulator belum bisa menarik PL0 sehingga arus dari terminal IG regulator akan mengalir ke kontak PL1 ke kontak PL0 ke terminal F regulator ke terminal F alternator ke rotor coil kemudian ke terminal E dan ke massa. Karena arus mengalir eksklusif dari PL1 ke PL0 maka kemagnetan yang dihasilkan pada rotor koil akan menjadi berpengaruh sehingga ketika kendaraan berjalan pada kecepatan lambat tetap terjadi pengisian pada baterai.

Pada ketika kendaraan berjalan pada kecepatan sedang
Bila kecepatan kendaraan naik menjadi sedang maka lampu CHG akan tetap mati dan tetap akan menghasilkan tegangan untuk pengisian baterai dengan tegangan yang stabil, sama dengan ketika kendaraan berjalan pada kecepatan rendah. Perhatikan gambar di bawah ini :

Pada ketika kendaraan berjalan dengan kecepatan sedang maka tegangan output dari alternator yang mengalir ke terminal B akan naik juga balasannya voltage regulator yang dialiri arus dari terminal B akan menghasilkan kemagnetan lebih berpengaruh dari pada ketika kendaraan dengan kecepatan rendah. Karena kemagnetan bertambah maka akan menarik kontak PL0 dari kontak PL1, namun belum sanggup menarik PL0 sampai berafiliasi dengan PL2 (PL0 dalam keadaan mengambang). Akibatnya arus dari IG akan mengalir ke resistor ke terminal F regulator ke terminal F alternator ke rotor coil kemudian ke terminal E dan massa. Karena arus dari terminal IG melewati resistor maka arus akan menjadi kecil sehingga kemagnetan pada stator koilpun akan mengecil balasannya tegangan yang dihasilkan pada terminal B alternator akan stabil.

Saat kendaraan berjalan pada kecepatan tinggi
Bila kecepatan kendaraan naik menjadi kecepatan tinggi maka lampu CHG akan tetap mati dan tegangan yang dihasilkan oleh alternator untuk pengisian harus tetap stabil atau sama ketika kecepatan rendah maupun sedang. Perhatikan gambar di bawah ini :

Pada ketika kecepatan kendaraan menjadi cepat maka tegangan yang dihasilkan alternator juga akan meningkat, sehingga tegangan dari terminal B alternator mengalir ke voltage regulator juga akan naik. Akibtnya pada voltage regulator akan menghasilkan kemagnetan yang besar. Karena kemagnetan pada voltage regulator menjadi besar maka voltage regulator akan bisa menarik kontak PL0 ke kontak PL2. Karena kontak PL0 berafiliasi dengan PL2 maka arus dari terminal IG akan dialirkan ke massa sehingga tidak ada fatwa listrik yang menuju ke rotor coil, balasannya rotor coil tidak akan menjadi magnet dan alternator tegangan yang dihasilkan alternator akan menurun atau hilang. Karena tegangan yang dihasilkan alternator turun maka tegangan yang dialirkan pada terminal B alternator juga akan turun balasannya tegangan yang menuju ke voltage regulator juga akan turun sehingga kemagnetan pada voltage regulator juga akan menurun. Karena kemagnetan pada voltage regulator menurun balasannya kontak PL0 akan lepas dari kontak PL2 dan stator koilpun akan mendapat fatwa listrik dan akan menjadi magnet kembali. Karena stator koil mejadi magnet kembali maka tegangan yang dihasilkan alternator akan naik dan akan menciptakan kemagnetan pada voltage regulator menjadi besar kembali dan akan menari kontak PL0 ke kontak PL2 kembali. Hal tersebut akan terjadi berulang kali sehingga tegangan yang dihasilkan oleh alternator akan menjadi stabil.

0 Response to "Cara Kerja Regulator Konvensional Pada Sistem Pengisian"

Total Pageviews